Reuni... satu kata sejuta makna. Bagiku, yang masih seorang cewe keturunan Jawa, yang masih cinta pada kebersamaan dan toleransi, satu kata itu sangat-sangat-amat-berarti-sekali. Ya, agak lebay emang. Dengan satu kata: berarti. Itu aja udah cukup sebenernya. Ketemu temen-temen lagi, setelah sekian lama gag ketemu. Salim sama guru-guru lagi, setelah 'hanya berjabat tangan' menjadi kebiasaan sekarang. Mengenang kejadian-kejadian dulu bareng temen-temen. Muter-muter sekolah.
Hei, sekolahku sudah berubah! Dulu, ada rumpun pohon jati di lahan itu. Tapi sekarang, udah jadi aula yang cukup leluasa untuk ngumpulin murid dan sholat Jum'at. Dulu, bangunan itu hanya setinggi dua lantai. Tapi sekarang, sedang dibangun lantai yang ketiga. Dulu, jalan itu hanya selebar bahu, hanya cukup dilewati satu orang. Sekarang, jadi lebar bangeeet... Dulu, dari depan kelasku, kelas 3G di lantai dua, bisa liat pohon palm di depan kelas 3B yang ada di lantai bawah. Tapi sekarang, ada genteng yang menjaga murid dari kehujanan. Dulu, ada kebun dan kolam ikan disitu. Tapi sekarang, menjadi gedung lantai tiga yang ada AC-nya. Dulu, ada pohon ramping, tinggi, tapi aku gag tau namanya, di sepanjang ruang kelas satu. Tapi sekarang, lagi-lagi menjadi atap. Berubah semua. Mmm... gag juga sih. Gag semuanya berubah. Jalan itu masih dengan paving yang sama. Ruang itu masih dengan guru yang sama. Lapangan itu masih disitu. Pohon kelengkeng itu juga masih ada, di tempat yang sama. Bahkan, yang bikin aku dan temen-temenku seneng, kelas kami masih sama, masih seperti dulu. Hiasan asmaul husna yang kami buat, masih menempel di sekeliling dinding kelas, di bagian paling atas. Karena semua perubahan itu, berniat untuk kemajuan.
Ketemu temen-temen, ternyata mereka nggak jauh beda dari mereka yang dulu. Liad wajah mereka, masih seperti mereka lima tahun yang lalu. Beberapa aja yang kelihatan beda, mungkin mereka puber selepas masa sekolah itu. Sempet kaget juga, waktu tau ada seorang temenku yang sedang hamil 4 bulan. Apalagi waktu tau beberapa dari mereka sudah menikah atau sedang menyiapkan pernikahan. Wow! we're only 20! Dan aku bahkan masih terlalu egois untuk menjalin hubungan. Mungkin bener ya, aku sekolah di kedokteran. Karna itu berarti, aku belum akan berdiri diatas pelaminan sampai tiga tahun dari sekarang. Dan kami dibikin shock waktu liad temen kami yang sekarang gondrong. Lucu aja. "Heei... ada Stevie Andra and The Backbone!" Hahaa,,
Ada hal yang bikin aku cukup kaget. Ternyata banyak juga yang inget aku. Aku sadar, inilah keterbatasanku, aku cuek dan sering gag pedulian apalagi perhatian, makanya banyak temen-temen yang aku lupa. Dan aku kaget banget waktu ada yang bersalaman denganku, aku lupa namanya, tapi dengan jelasnya dia bilang, “Nurul yaaa…” Ini nggak terjadi sekali, tapi berkali-kali. Trus, waktu salim sama seorang guru. Aku sama sekali nggak membayangkan kalau dia akan inget aku. Waktu aku dan temen-temen salim, dia coba mengingat nama-nama kami, “ini… lupa. Kamu… lupa. Lupa. Lupa. Lupa. Ini Nurul yaa…” Aku memang hanya tersenyum, tapi hatiku bener-bener kesetrum.
Kayaknya aku nggak melakukan hal-hal yang bermakna untuk diingat waktu jaman sekolah dulu. Seingetku, aku cuma seonggok debu, yang ada tapi nggak diperhatikan. Yang aku kenal dari diriku adalah, aku seorang kuper, cuek, bingung, pengecut, diem, tertutup, males, dan nggak menonjol. Awalnya kupikir, well, aku cukup senang walau hanya bersama temen-temen sebangkuku dulu. Aku cukup senang bisa melihat wajah-wajah teman sekolahku dan guru-guruku dulu. Aku cukup senang bisa bersalaman dengan mereka, walau mereka hanya akan melihat sekilas dan berlalu, sama sekali lupa denganku. Tapi hari ini bener-bener mengejutkanku!
Sudah lima tahun aku lulus dari sekolahku itu. Apakah karna aku cantik? Banyak banget temen-temen seangkatanku dan adik-adik kelas yang lebih cantik dari aku, juga lebih menonjol. Apa karna aku culun dan diem? Coba pikir deh, apa yang layak diingat dari itu? Then, why me?
Mungkin, ini saatnya aku lebih menghargai diriku sendiri. Mungkin, ini saatnya aku lebih memahami diriku sebenarnya, bukan dari sisi jeleknya saja. Mungkin, ini saatnya lebih memaknai kehidupan, bukan dari hal besarnya saja, tapi lebih pada semua hal kecilnya. Mungkin, ini saatnya untuk nggak hanya berpikir ‘about me’, tapi juga berpikir untuk orang-orang di sekelilingku.
1 komentar:
Wow, bagus critanya...
Post a Comment