Jam menunjukkan pukul 12.00. Walau begitu, kelas sudah kosong, kuliah hari ini sudah selesai. Di sudut yang tak terlihat, seorang cewe duduk memeluk lututnya. Matanya menerawang, tak jelas apa yang dilihatnya. Bayangan masa lalu, masa kini, dan masa depan berkelebat di ujung saraf visualnya. Percakapan, nasehat, dan suara hatinya pun memenuhi seluruh korteks pendengarannya. Mungkin dunia ini sudah tak lagi terlihat maupun terdengar olehnya, dia masuk ke dunianya sendiri. Air matanya pun berangsur-angsur tumpah, membasahi pipinya yang mulai memerah.
Tak bisa. Tekanan ini sudah tak bisa lagi dibendungnya. Sisi lain dirinya memaksanya terus berpikir negatif. Sisi lainnya lagi hanya ingin bilang, 'inilah hidup, jalani aja...' Sebuah sisi ini terus menerus menyodok bagian pengatur emosi di otakknya, 'liat tuh, kamu nggak punya temen kan.. Kamu mau berharap apa lagi? Nilaimu itu lho jelek semua, nggak bakalan bisa bagus, kayaknya kamu salah deh milih kuliah disini. Mau jadi dokter? bah! Kamu tuh nggak mungkin bisa survive sendirian, liat kenyataan dong! Kamu harus punya kelompok yang selalu ngelibatin kamu, juga harus kenal sama tu dokter-dokter, banyakin relasi! Tapi kamu nggak mungkin bisa deh. Aku kan juga kamu, aku paling tau kalau kamu tuh males banget. Uuh.. udah deh, kelaut aja sana! Tempatmu bukan disini! Dan lagi, udah buang aja prinsip anehmu itu. Nggak mau pacaran? Itu bikin kamu apatis, tau! Udah, pacarin aja tu cowok-cowok, yang banyak sekalian juga nggak apa-apa, kamu kan punya kemampuan besar buat memikat kaum adam itu, cuma perlu sedikit lebih perhatian kan. Lagian, gaya hidup jaman sekarang kan kayak gitu. Suami mah urusan belakang, sekarang waktunya seleksi siapa yang pantes buat dijadiin suami, cari tau sifat mereka sebelum nyesel nantinya. Kamu mau jadi satu-satunya orang yang gag ngikut peradaban? Kalo gitu yaa,, kamu emang gag layak mikirin pasangan hidup,' katanya.
Sisi lainnya lagi mencoba melawan sodokan itu dengan berkata, 'hidup itu mesti punya prinsip. Kamu pegang teguh prinsip itu. Kamu sendirian bukan berarti selamanya. Sadari, temenmu lho banyak. Kamu kasih perhatian lebih ke mereka, karna sebenernya kamu juga pingin itu kan. Udah deh, nggak usah berharap banyak. Lakuin aja apa yang pingin kamu lakuin, dan yang harus kamu lakuin. Gag perlu mikirin akhirnya bakal jadi kayak apa, itu bukan urusanmu, itu urusan Tuhan. Hiduplah untuk saat ini. Jalan dengan mantap!'
Terngiang nasehat keluarganya, 'jadi cewe mesti pasang harga mahal, tapi jangan jadi barang antik yang gag ada peminatnya, jadilah barang mahal yang berkilau dan menarik banyak orang. Jangan mudah ketipu sama rayuan gombal. Tu kan banyak contoh-contoh di tivi. Lagian, kamu kan calon dokter, pasti pinter laah. Tapi sekarang kamu udah kepala dua ya? Waah... kayaknya agak susah tuh kalo masih jomblo aja. Dulu aku pacaran waktu mulai kerja skripsi, sampe sekarang masih langgeng. Padahal ya, dulu tuh banyak banget yang ngejar-ngejar aku. Tapi suamiku ini yang berhasil menangin hatiku. Kalo kamu... hmm... mungkin ini susahnya jadi orang pinter ya. Kamu jadi terlalu perfeksionis menilai seseorang. Jangan bikin kriteria yang terlalu berat, ntar cantik-cantik gini, dokter lagi, tapi jadi perawan tua. Aduuh.. jangan deeeh. Tapi percaya deh, kamu pasti dapet yang terbaik buat kamu, dan dipertemukan di saat yang paling tepat.'
Satu sisi dirinya lagi-lagi berkata, 'bego! Liat kondisimu sekarang dong! Mengenaskan gitu! Belajar sendirian, makan sendirian, disuruh kerja rumah tangga sama ortu kamu, nggak ada temen yang ngajakin hang out, nggak ada yang bisa bener-bener ndengerin curhatmu, kamu juga mesti care dan menjaga tata krama sama semua keluargamu. You're not that perfect! Dan hidupmu nggak bakal bisa sempurna kayak fairy tale. Kerja keras berusaha ngeraih impian gimanapun susahnya, setelah itu berakhir bahagia dengan nemu pangeran ganteng trus kalian menikah. Hidup jaman sekarang mesti serba gampang, ngapain kamu cari susah mulu.....'
'Stop pikiran negatifmu itu! Nggak ada yang nggak mungkin. Hidup ini cuma perlu disyukuri...'
'Bullshit!! Kamu mau jadi golongan orang-orang yang pake baju gombor dan bercadar yang selalu bilang masya Allah, masya Allah, hahahaaa...'
'Tapi emang itu yang harus kamu lakukan. Kamu emang harus selalu bersyukur dan minta ampun sama Allah. Dunia ini bukan punya kamu, ini punya Allah. Cuma Allah yang bisa menentukan takdirmu....'
'Hahahahaaaa... jangan gila ya! Rasional dong...'
"Din? Kamu kenapa?" Tiba-tiba terdengar suara lembut, juga elusan lembut di bahu kiri cewe itu, sesuatu yang nyata.
'Ini nih, bentar lagi orang ini pasti pergi, dan melupakan apa yang dia liat sekarang. Kayaknya dia lagi kebetulan masuk kelas, mungkin ada barangnya yang ketinggalan. Liat aja, bentar lagi juga dia pergi, dia cuman sopan-sopanan aja kali kayak gini ini,' sebuah sisi dirinya lagi-lagi berkata.
Air mata cewe itu mengalir semakin deras, kerutan di antara kedua matanya nampak semakin jelas. Siapapun yang sedang berada di sampingnya sekarang, yang tak dilihatnya, mengelus lembut bahunya lagi. "Din? Kamu mau cerita sama aku?" ucap seseorang itu dengan penuh kelembutan dan kesabaran.
'Great! Dan setelah kamu cerita semuanya ke dia, kamu curhatin semuanya ke dia, dia akan cerita ke semua orang, dan semua orang akan kasihan sama kamu. Selamat jadi orang yang dikasihani, kamu nggak bakal dikenal sebagai seorang yang kuat!'
Cewe itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, seolah menyembunyikan tangisnya yang makin menjadi. Namun air matanya tetap mengalir dalam bisu, hanya isakan kecil saja yang kadang terdengar. Cewe itu ngga mau orang lain tau kalo dia sedang menangis. 'Tapi kenapa ada aja yang tau kalo aku lagi nangis?' pikirnya. "Aku temenin ya. Kalo kamu mau cerita apapun, aku siap ndengerin kok," kata seseorang di sebelahnya.
'Nah lo! Dengan kata lain, ni orang nyuruh kamu diem dan stop nangis. Idih, siapa dia, seenaknya aja nyuruh kamu diem, kamu kan punya hak juga untuk nangis...'
'Dia berniat baik. Tuh liat, kamu pikir kamu sendirian? Bahkan selalu ada temen di samping kamu, setiap waktu. Kamu nggak pernah sendirian...'
'Boong banget. Tu orang ada di samping kamu, cuma formalitas aja kali. Kan udah jadi tata krama di negeri ini, kalo ada orang nangis ya dielus-elus. Kalo dia temenmu, dia bakal kreatif laaah. Cuman ngelus-elus aja, sok simpati pasti tu orang, pingin dianggep aja...'
'Hmm... kamu nangis aja terus deh, sampe semua susahmu tumpah, dan tandonnya kosong. Jadi, ringan nanti hidupmu...'
'Nah, dengerin tuh. Tu orang disamping kamu, pencet-pencet sms. Dia pasti lagi smsan sama pacarnya. See kan? Dia ada di samping kamu, bukan untuk kamu. Fisiknya doang ada disitu, tapi dia lagi ngobrol sama entah siapa jauh disana. Udah aku bilang kan, semua cuman tipuan! Eh, jangan-jangan, dia lagi nyebarin kalo kamu nangis ke semua temen-temen sekelasmu. Wah bahaya...'
Sesekali, dirasakannya elusan lembut dari seseorang di sampingnya itu, walaupun tak keluar kata dari mulutnya. Perang batin terus menerus menekan otaknya, membuat tangisnya nggak bisa berhenti.
"Din? Udah mau jam tiga nih. Biasanya penjaganya mau ngunci kelas lho," ucap seseorang itu.
'Nah lo! ntar tambah banyak aja yang tau. Mau ditaro mana muka kamuu? Udah, stop deh nangisnya!'
Cewe itu perlahan-lahan menghentikan tangisnya. Lalu lagi-lagi dia menerawang, sambil mengusap air matanya dengan punggung tangan beberapa kali, diabaikannya tawaran tissue dari seseorang di sebelahnya. Seseorang di sebelahnya ini merangkul dan mengelus-elus bahunya. Entah apa efek buat si cewe ini.
Perlahan, cewe ini bangkit, dan berjalan gontai keluar kelas. Seseorang itu tetap setia di sampingnya, tetap merangkul bahunya. "Naik lift aja yuk," ucap seseorang itu. Cewe ini nurut aja, akal sehatnya sudah nggak jalan.
Di dalam lift, seseorang itu bertanya lagi, "kamu mau kemana habis ini?" Tak dijawab. "Sabar ya," ucap seseorang itu sambil, lagi-lagi, mengelus bahunya.
Keluar dari lift, cewe itu terdiam sejenak. Lalu dilihatnya seseorang yang dari tadi di sebelahnya. Riri. "Aku pulang," ucapnya singkat.
"Hati-hati ya," ucap Riri, melambaikan tangan ketika cewe itu berjalan gontai keluar gedung.
km ad d kosan?q ksana skrg ya?
Sampai di parkiran sepeda motor, cewe itu menulis pesan singkat untuk seorang teman lamanya, sahabat (mungkin). Tiga menit kemudian, ada jawaban singkat,
ya,ksnio..
Cewe itu meluncur ke indekost teman lamanya...
..bersambung..
0 komentar:
Post a Comment