Malem-malem gini, gatau kenapa yah, kok sering bikin galau. Mau tidur aja galau; galau soalnya pengen ngerjain n ngeriview dikit tentang IPD yang tadi udah dibelajarin bareng2 (tapi ketinggalan gara2 ketiduran). Galau jugak ni, soalnya kayak diarepin banget buat bikin sponge cake sama bapak-ibuk (ane kagak tau resepnya pisan, eui). Galau jugak, habis diomongi "begitu" sama bapak, *hadeee tolong. Susah jugak ya, kalo ortu punya standar setinggi gunung berapi gitu. Lebih susah lagi, kalo standart itu, ya hanya sekedar standar, sepertinya kok gag diaplikasikan jugak. Cuman, kalo udah dimintai pendapat, mesti bilangnya "harusnya kayak gini, harusnya gag kayak gitu, yang bener kayak gini, gitu itu salah". Mungkin kalo sekarang aku terjemahin, a perfect minded person; kesempurnaan hanya ada dalam pikiran mereka. Kalo boleh curhat si, aku sekarang udah kayak bloated aja. Rasanya uda mau pecah, mau kabur aja dari sini, jauh-jauh untuk sementara waktu. Sebuah stressor yang besar jadi bagian dari keluargaku, buat aku sih. Tapi udah genetiknya gitu, mau diapain lagi. Sebuah stresor besar untuk menjadi diriku yang aku pengen, seutuhnya, kalo tiap mau melakukan sesuatu selalu muncul ketakutan untuk dikritik dan disalahkan, kalo tiap meminta sesuatu hampir selalu ditanggapi dengan kata-kata "pengen boleh saja, tapi....", kalo tiap minta pendapat hampir selalu berawal dengan kata "terserah kamu, hidupmu...", kalo hampir setiap hari harus mendengar curhatan yang hampir tak pernah berubah tentang betapa tidak sempurnanya hidup yang seharusnya bisa sempurna. Hidupku berasa seperti semut di dalem kue bantat, yang luarnya terlihat bagus sempurna tapi dalemnya pekat memerangkap, gag membiarkan apapun keluar dari lengketnya. Keluarga ini seperti konstruksi kue bantat, yang rencananya dan pengennya emang mengembang sempurna dan terpanggang sebagus mungkin, cuman unsur-unsurnya sepertinya ada yang kurang sinkron jadinya bantat deh. Sayangnya, kue yang udah jadi bantat, yang gag bisa dikembalikan ke kondisi awalnya yaitu tepung, hanya disesali hampir setiap hari, seakan bicara "kenapa ya kok bantat? harusnya kalo begini gag bakal bantat, harusnya gag begitu, bla bla bla." Baru belakangan ini aku sadar kalo selama ini berada di adonan lengket kue bantat yang kelihatannya dari luar bagus. Aku gag berniat menjelek-jelekkan, hanya aja itulah yang aku rasakan. Tapi, aku gag mau terperangkap dalam adonan lengket itu terus. I think I am the baker of my own cakelicious, kue ku mungkin bantat mungkin jelek mungkin rasanya aneh. Bagaimanapun bentuk kue ku, if I cannot serve it beautifully, I still can crumbled it and make it a base of a better one. Bahkan brownis dulunya dibilang failed cake, sekarang malah jadi one of the most popular cake. Seseorang pernah bilang ke aku, hal yang paling penting dalam hidup adalah prosesnya. Dan aku rasa, langkah pertamaku untuk keluar dari adonan lengket ini adalah dengan menerima diriku apa adanya, dengan semua baik-buruknya, dengan semua impact dari kehidupanku sebelum ini di dalam adonan lengket ini. Kadang aku masih menyalahkan the perfect minded person untuk semua hal gagal maupun terpendam dalam hidupku, tapi bagaimanapun tidak sesuainya my previous life, my life is still processing. Yea, my first step will be accepting this imperfect somebody as my true self, be honest of who I am, accepting everything that's going on my way, and stop blaming the perfect minded person. The next step will be making a tunnel out of this gooey structure, slow but sure without breaking the cake. And when I finally come out of this cake, I will be the baker of my own bakery life, making cake of my life, always learn to make it as beautiful as it could. However, my life will always processing like a bakery, and the process it self is the sweetiest thing. Yang aku pengen sebenernya adalah a simple life, dimana aku bisa jadi diriku sepenuhnya, and enjoy living.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment