Aku rasa tindakanku ‘kurang’. Dan beberapa menit kemudian, I just wanna laugh at myself. Walopun sebenernya this thing is not so funny. Jadi ceritanya gini. Aku dan ketiga temenku lainnya, nyusul ujian skill RM respirasi, karna dulu kami gag masuk kelas, dan waktu temen-temen ngadain ujian susulan kelas kami jarkomnya telat. So, here we are, empat orang yang ‘ketinggalan’.
Kami diminta datang diatas jam dua siang. Oke. Aku belajar mulai dari jam dua belas tadi. Lalu soal dibagikan. Ada sepuluh nomor, dikasih waktu sepuluh menit. Oke. Terus dokternya keluar ruangan. So, practically cuman ada kami berempat. Aku baca soalnya, coba ngingat-ingat yang barusan aku baca (jujur, hampir lupa kabeh XP). Waktu baca soal nomor lima, I’m smiling, karna aku tau jawabannya, dan pasti bener.
Kami diminta datang diatas jam dua siang. Oke. Aku belajar mulai dari jam dua belas tadi. Lalu soal dibagikan. Ada sepuluh nomor, dikasih waktu sepuluh menit. Oke. Terus dokternya keluar ruangan. So, practically cuman ada kami berempat. Aku baca soalnya, coba ngingat-ingat yang barusan aku baca (jujur, hampir lupa kabeh XP). Waktu baca soal nomor lima, I’m smiling, karna aku tau jawabannya, dan pasti bener.
Sempet terbersit pikiran kayak gini, ada modul di sebelahku, dokternya gag ada, aku kan jadi bisa buka modul itu buat nyari jawabannya. Pikiran itu terlintas sepersekian detik aja, lalu ada yang menghilangkannya, bagian pikiranku yang lain, yang berkata, ‘ini ujian, jadi dikerjain aja, gag usah macem-macem.’ Setelah hampir sepuluh menit, temenku tanya, ‘ini jawabannya apa?’ Aku cuman jawab dengan nunjuk kertasku, maksudku biar dia liat sendiri. Trus dia tanya, ‘lho, nomer ini gag yang ini tah jawabannya? Dst’ Aku nggak terlalu nanggapi. Otakku masih berkata, ‘ini ujian, ini ujian, ini ujian,’ *blekethekk… XP
Trus aku kumpulin jawaban kami. Sesekali aku denger temen-temen mbahas soal. I just don’t care, udah males mikir.
0 komentar:
Post a Comment