menunggu

1 komentar
Nunggu buat apaaa jugak... ngok..
Nunggu banyak hal yang jelas. Pertama, nunggu TA slese. Nunggu katanya,,, haha. Padahal bisa sambil nyicil. Nunggu mood si sebenernya. Uwaaaa... >_< Mau mbaca ceritanya mbah Guyton juga, tapi ya nunggu mood. Kapan ya, mood itu datang? Hmm... kalo udah mberesin kamar kali yak, hahaa.. >_<
Aku menunggu penelitian selesai.
Aku menunggu temen-temenku bayar modul mereka.
Aku menunggu untuk memulai bisnis modul.
Aku menunggu untuk menyelesaikan jualan pk2MABA.
Aku menunggu untuk nonton Harpot 7, besok.
Aku menunggu Ramadhan datang.
Aku menunggu Tita… dan Roni.
Aku menunggu inspirasi datang, so I can write something.
Aku menunggu untuk banyak hal yang masih nggak jelas.
Aku menunggu…
Menunggu…
Menunggu…
Jadi gini ya kenyataan, beginilah kehidupan, sebagian besar isinya adalah menunggu. Bahkan dalam pekerjaan pun, kebanyakan adalah menunggu.
Menunggu…
Menunggu…
Kind of boring…
Kind of resentful…
Tapi, bukankah hidup itu juga penantian? Menunggu ajal tiba, menunggu untuk tempat kembali yang abadi.
So, harus bisa sabar menunggu. (tidaaaaakkkkk… >_<)
Sabaaaarrrrrrrr…!!!! >_<

Semoga Kau Datang

1 komentar
Tertelan dalam masa laluku
Yang berusaha tuk ku lupakan
Ingin ku lari dari kesedihan
yang bersemayam di lubuk hatiku
Semoga kau datang
Membimbingku menuju bahagia
Semoga kau datang
Meringankan luka di hatiku, 
dan meminjamkan bahumu, 
dan menyeka air mataku, 
dan menggenggam kedua tanganku


Tangan dan hati perlahan beku
Karna ingatan ini terus menghantuiku
Semoga kau datang
Membimbingku menuju bahagia
Semoga kau datang
Meringankan luka di hatiku, 
dan meminjamkan bahumu, 
dan menyeka air mataku, 
dan menggenggam kedua tanganku

Laugh at myself, haha

0 komentar
Aku rasa tindakanku ‘kurang’. Dan beberapa menit kemudian, I just wanna laugh at myself. Walopun sebenernya this thing is not so funny. Jadi ceritanya gini. Aku dan ketiga temenku lainnya, nyusul ujian skill RM respirasi, karna dulu kami gag masuk kelas, dan waktu temen-temen ngadain ujian susulan kelas kami jarkomnya telat. So, here we are, empat orang yang ‘ketinggalan’.


Kami diminta datang diatas jam dua siang. Oke. Aku belajar mulai dari jam dua belas tadi. Lalu soal dibagikan. Ada sepuluh nomor, dikasih waktu sepuluh menit. Oke. Terus dokternya keluar ruangan. So, practically cuman ada kami berempat. Aku baca soalnya, coba ngingat-ingat yang barusan aku baca (jujur, hampir lupa kabeh XP). Waktu baca soal nomor lima, I’m smiling, karna aku tau jawabannya, dan pasti bener.


Sempet terbersit pikiran kayak gini, ada modul di sebelahku, dokternya gag ada, aku kan jadi bisa buka modul itu buat nyari jawabannya. Pikiran itu terlintas sepersekian detik aja, lalu ada yang menghilangkannya, bagian pikiranku yang lain, yang berkata, ‘ini ujian, jadi dikerjain aja, gag usah macem-macem.’ Setelah hampir sepuluh menit, temenku tanya, ‘ini jawabannya apa?’ Aku cuman jawab dengan nunjuk kertasku, maksudku biar dia liat sendiri. Trus dia tanya, ‘lho, nomer ini gag yang ini tah jawabannya? Dst’ Aku nggak terlalu nanggapi. Otakku masih berkata, ‘ini ujian, ini ujian, ini ujian,’ *blekethekk… XP


Trus aku kumpulin jawaban kami. Sesekali aku denger temen-temen mbahas soal. I just don’t care, udah males mikir.
Sampe di parkiran, temenku bilang, ‘lho kan, jawabanku tadi bener, wa udah tak ganti, rek. Lak percuma ujian susulan, kalo hasilnya sama jeleknya sama yang lain.’ Aku mikir, ‘jawabanku juga banyak yang salah nih.’ Okelah, whatever. Setelah keluar gerbang, di jalan aku kepikiran. Kok tadi itu aku gag liat modul aja ya? Lagian, sama dokternya juga gag dilarang. Malah kami ditinggal. Berarti emang kami sebenernya boleh liat modul. Hahaaa… what else I can do than laughing at myself? Wkwkwkwkwkwkwkwk XD

I really need to write it down

0 komentar
Semua orang itu berbeda. Beneran. Kalo aku ngomong sama orang satu, trus ngomong sama orang lain, aku nggak mungkin ngomong sama persis. Aku harus menyesuaikan cara bicaraku pada satu orang dan pada orang lain. So, cara berbicara ke setiap orang akan jadi berbeda. Begitupun dengan penafsiran mereka. Aku ngomong ‘coba kamu baca Harper halaman 250’ ke beberapa orang yang berbeda. Penafsiran mereka so pasti berbeda. Satu orang mungkin berpikir, arek iki lapo se nyuruh-nyuruh aku? Orang lainnya mungkin berpikir, males banget. Orang lainnya lagi mungkin berpikir, hadu jadi males aku deket-deket sama anak ini dia agak freak. Orang lainnya lagi mungkin aja berpikir, oke that’s a good idea. Dan semua orang mungkin aja berpikir berbeda. Well, itu konklusiku dari beberapa temen yang obral-obralan cerita ke aku sih. Aku rasa, pemikiran mereka, tindakan mereka, nggak bisa di-judge gitu aja tentang benar atau salahnya, baik atau buruknya. 
Itu kan cuman perbedaan sifat dan karakter.


Selama hidupku yang dua puluh satu tahun lebih beberapa bulan ini, aku rasa jadi semakin tau how this world going through. Seperti pada badai, semua orang harus punya pegangan yang kuat biar bisa survive. Bukankah itu intinya hidup ini? Untuk survive… But, mmm… kurasa nggak cuman itu. Masih harus ada alasan lagi, kenapa kita mesti survive di bumi. Kenapa hayo? That’s the very basic thing. Aku rasa, bukankah itu alasannya banyak orang skeptis tentang gimana terbentuknya manusia, tentang gimana tubuh manusia bekerja, tentang gimana cara menjadi makhluk sosial, dll. Everybody is searching for an answer, a reason for their existence. Dan buat orang-orang yang males, yang mau hidup serba enak, nggak mikir apa-apa, nggak kerja apa-apa, you’re totally an IDIOT!


Perbedaan… this world is very unique. Nggak ada unsur di dalamnya yang sama persis. Ilmuwan boleh bilang, normalnya seperti ini, normalnya seperti itu, ini mengalami mutasi jadi nggak normal, terjadi proses nggak normal, dll. Itu kan konklusi mereka. Mereka berusaha mengeneralisasikan ilmu, biar mereka nggak stuck di satu tempat, biar mereka bisa cari tau hal lainnya, biar mereka bisa memuaskan ambisi dan ego mereka. Wow, kalimat itu agak terlalu men-judge rasanya. Forget that I have wrote it. *géblék XP


Owh, it’s so rumit! Sangat rumit! Makanya aku bersyukur banget menjadi orang islam. Aku punya pegangan yang kuat, so I know why I am here today. Aku tahu, kenapa aku nggak bisa sempurna, kenapa aku nggak bisa melakukan banyak hal, kenapa aku begini, kenapa aku begitu, kenapa harus begini, kenapa harus begitu, daaaan seterusnya. It’s just… too complicated to be written down. Susah menemukan kata-kata yang bisa menggambarkan how complicated my though is.
Mungkin, ‘memahami’ adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan. So, a million thumbs up for someone who can do it, someone who can understand what others want and what others thinkin…
Keep it up for simple though, so life can be easy to touch…
 

Leeya.woncoco Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template