Kemana? Cari makaaaaan... ;)

Minggu, 16 Januari 2011, jam 08.00
"Bangun, bangun! Cari makan yuuuk!!"
Pagi-pagi gini, ibuku selalu jadi yang pertama teriak2 (nyebelin juga kadang2, but not for now). "Maaas... adeeeek..." panggil ibuku sambil nepuk-nepuk bokong kami. Oia, sekarang, every weekend masku pulaaaang!!! (asik2). So, it's a perfect time to spend family time!
Kayaknya aku bangun si, tapi kayaknya gag jugak. Yang jelas mas ibaLL belum bangun (atau aku gag sadar kalo dia udah bangun ya? whatever lhaaa). Yang jelas, kesadaran masih kurang dari lima puluh persen.
Kebetulan kami tidur di depan tivi (kebetulan??I'm not so sure bout that). Entah jam berapa, bangun-bangun, refleksnya langsung nyari remote tivi -> pencet tombol '?' -> cari-cari channel yang bagus (sbenernya cari Spongebob si, hohooo). Gag tau tuh, nonton apaan. Yang jelas, aku n mas ibaLL males-malesan di kursi (yang jadi kasur, yang gag perlu aku tampilin fotonya disini, cukup dibayangkan saajaaaa). Beberapa kali ketiduran. Gag jelass banget pokoknya. Bapakku sampe kelaparaan (kasiaaan).

Mungkin jam biologisku kali yak. Jam setengah dua belas-an gitu, tiba-tiba semangat. So, aku bangun dari singgasana kemalesan itu, dan langsung mandi. SeeeegeeeerrrRR!!!!!
Kayak biasa, habis aku mandi, langsung 'nginjak-nginjak' mas ibaLL, nyeret-nyeret, ngeplak'i, mbekap pake bantal, karna dia masih di 'singgasana kemalesan'. "BAAAAAANGUUUUNNNN MAAAASSS!!!!!" that's what I shout.

jam 12.30
Nah, sekarang gantian bapak yang tidur. Padahal aku n mas ibaLL udah wangi (mau nulis udah ganteng gag tega, kekekee) - dan aku udah cwantikkxs (daridulu >_<). Mas ibaLL ngeluarin kendaraan. Ibu dandan. And me, mbangunin bapak. Ini nih susahnya mbangunin seorang bapak, gag bisa diinjak-injak, atau diseret-seret, atau dikeplak'i, apalagi dibekap pake bantal. Harus dengan sangat amat sopan sekali, pake adab 'membangunkan ortu', hehe. That is -> di'tuk-tuk', sambil manggil dengan penuh kelembutan dan sedikit horror, "paaaaak... baaaaanguuuuun paaaaak...... bapaaaaaaaak..... baaaaanggguuuuuuun.... ayoooooo paaaaaaak wiiiiiisataaa kuulineeeeerrrrr..... paaaaaaaakk.... bapaaaaaaaakkk.... bapaaaaaaaakkk......" dan gag lupa sambil nge-'tuk-tuk'.

jam 13.00 (kurang lebih)
Yap, ready to go!
Semua sudah siap. Bapak udah bangun. Kendaraan udah diluar. Ibu udah dandan. Mas ibaLL udah wangi (benarkah?). Tasku udah keisi sama hape, dompet, kamera, n rukuh.
Pintu ditutup daaaan.... BERANGKAAAAATTT !!!!! ^o^

(krik...krik...)
"Mau kemana ini?" bapak bertanya.
JDAARRRR!!! Belom jugak nge-gas... T_T

"Kemana bu?" mas ibaLL lanjut tanya.

"Terserah bapak wes," kata ibu.

"Terserah Lia," kata bapak.

"Keeeee-ma-naaaa yaaa??" kataku. "Terserah wes."
(cape dee...)

"Yauda, jalan dulu aja," kata ibuku. Love you mom... '3'

Dan kali ini bener2 berangkaat. Tanpa tujuan. Oh, no, no. This trip bukan tanpa tujuan. Tujuannya satu: cari makan. Tapi kemanaaa?? Ya, itu beneran tanda tanya dah..

Di jalan, sambil ngobrol-ngobrol, pertanyaan itu terulang lagi: "mau kemana ini" Kali ini aku ngasi usul, "kee.... yang belum pernah ajaaaa..."
"Kemana pak, yang enak? Ke Lawang, pak?" tanya mas ibaLL.
"Di Lawang ada yang enak," kata bapak enteng banget (bapak sebenernya udah wisata kuliner ke seluruh Lawang tah? kok rada-rada bosen gitu??).
"aaa.... ke selatan ajaaaa..." kataku.
"Kemana dek?" tanya mas ibaLL lagi.
"Ke blitar?" kataku (apa tanyaku, ya? whatever).

Rasanya ide itu nerawang banget deh. Ke Blitar? Gag ada feel-nya gitu lho. Don't know why. Tapi kami tetep jalan ke arah Selatan.
"Sendang biru itu jauh pak?" tanya mas ibaLL (moro-moro).
"4 jam, iya pah?" tanya ibu, nambahin.
"Gag nyampe," kata bapak.
"Tapi jalannya rusak pak?" tanya mas ibaLL lagi.
"Ooo enggak. Udah dibenerin itu. Bagus udahan," kata bapak.
"Ke sendang biru aja, pak?" tanyaku (mupeng bwangettt wes pokoknya).
"Belum pernah ke sendang biru ya? Mas ibaLL udah pernah tah?" tanya ibu.
"Belum bu,"
"Kamu udah pernah, dek?"
"Belum deh. Pernahnya kan ke balekambang itu, bu. Yang naik trek,"
"Ke sendang biru a ini?" tanya bapak (meyakinkan saja).

"IYAAAAAA...." teriak aku n mas ibaLL (cuman gag bareng, gag kompak, dan gag berseni blasssss, ha.ha.ha.).

Perjalanan ini jadi lebih terarah. Gara-gara mas ibaLL liat plang petunjuk, ada kata-kata 'sendang biru (lurus)'. Oww.. oke deh, terserah. Kami terus mbayangin. Nanti kalo disana makan apa yaaa? Terbayang banget dong, sea food, ika segeerrr, dibakar langsung di depan mata pake areng, pake kecap dan  bumbu pedes. Wooow... mbayangin aja udah netes-netes ni air liur. Enakk baangeeettt... ayok..ayok... ndang nyampek..!!

"Lima puluh kilo, pak? Nggak sampe se-jam dong," kata mas ibaLL.
"Iya berarti, mas," kata bapak.
"Kok tau?kok tau?" tanyaku.
"Itu tadi di plang, tulisannya,"

Secara otomatis aku.... bukan ngeliat jam, tapi mbayangin sea food lagi. Ya Allah, enaaaaaak....

"Ibu nanti lak gag ikut makan," kataku. Well, ibuku emang punya fobia. Yang bikin sebel banget, terutama kalo kita-kita lagi makan ikan. Ibuku tuh fobia sama... hal-hal yang bikin ibu jijik, i.e. (ya gini ini wes kalo barusan bikin proposal tugas akhir, kebayang mulu tu jurnal-jurnal, sekalian rada nyombong, hehehehehehe) ikan, ikan lele, ikan dorang, ikan patin (kok ikan semua ya?), ikan hiu, but not untuk kepiting. Milih banget gag si?? Yaa... gitu deh. Fobia kan cuman masalah psikologis doang, sebenernya bisa ilang.
"Yaaaa..." kata ibu, sambil mikir-mikir. Tapi gag ngasi jawaban lebih lanjut.. T_T

Oke. So, perjalanan berlanjut. Lewat jalan beraspal yang lebarnya satu-setengah-truk sapi, diantara daun-daun mirip daun sere yang berjuluran gag jelas, melewati bapak-bapak yang membawa sekarung goni rumput-rumputan ("ati-ati beset lho, biasanya ada kayunya gitu itu," kata ibu), dan melewati beberapa padang-padang ijo. Sebenernya aku masih berharap nemu rumah makan atau warung tengah sawah di perjalanan itu, dan aku akan mempersuasi semuanya untuk makan disitu aja. Tapi, ternyata gag menemui rumah makan satu-pun. Kalo warung si banyak, tapi gag menggiurkan.

"Mampir ke masjid apa itu pak, masjid setan ya, yok," kata ibu. Aku mau nulis 'dengan penuh semangat', tapi itu gag lazim. Yea, time for mom, time for jaim.
"Pesantren yang guede itu a bu?" tanyaku.
"Pesantren apa masjid si?" tanya ibu balik.
"Gag tau, bukan pesantren ya?" tanyaku balik. Balik-balik-an tanya ni, ceritanya?
"Bapak tau jalannya, pak?" tanya mas ibaLL, memecah lingkaran setan tanya-tanya-an-ku sama ibu.
"Ya, ini lurus aja," kata bapak. So cool... jadi mikir, bapak ini tau beneran apa ngawur si? Bapaaak...bapaaaak... love you dad.. '3'

Jadi, rutenya rada mlengse dikit. Kami berencana mampir bentar lah, ke masjid yang udah pernah masuk tivi itu. Masjid (seingetku ada pesantrennya si) yang ditutup sekian lama, dan tiba-tiba ketika penutupnya dibuka, jreeengg!!! Seperti ada cahaya yang sangat amat menyilaukan dari sana. Seperti ada jin yang yang meng-abrakadabra tempat itu menjadi bak istana yang sangat megah dan berkilauan. Gag ada mobil konstruksi yang pernah nyambangi tempat itu. Tapi, tiba-tiba aja masjid itu terbangun. Magic. Banyak yang bilang, dibangun sama setan. Percaya amat si sama mitosnya roro jonggrang (bener gag ya? yang bikin seribu apaaa gitu dalam semalem, sendirian, demi mendapatkan cinta sang ibu? au ah)

Yang aku inget ni ya... Jalannya itu nglewati... jalan. Well, yang jelas kendaraannya jalan terus, kadang-kadang mas ibaLL tanya, "lewat mana ini, pak?" dan bapak njawab, "lurus aja," dan beberapa kali belok kanan-belok kiri (I don't know). Sampe lah ke jalan desa.
"Ini bener a pak?" tanya mas ibaLL.
"Tanya arek-arek itu lho," kata ibu.
Dan bapak tanya ke anak-anak kecil, SD kayaknya tu, dimana masjid setan berada. Tapi, jawabannya gag sesuai harapan. Tu anak ha-hong aja. Jelas kalo dia gag tau (dan dia emang bilang, "gag tau,"). Dan kami mbalik ke jalan raya lagi.
"Gag usah nyari mesjid setan lagi weeeess... ke sendang biru ajaaaaa..." kataku. Sejujur-jujurnya ni, rada males mesti nyari-nyari, muter-muter, tanya-tanya, saia sudah sangat lapaaarrrr.. >_<
Finally, kami kembali ke rute awal: sendang biru.

Perjalanannya tu ya, asik deh pokoknya. Lurus. Belok kiri. Belok kanan. Perempatan. Pertigaan. Yang seru lagi ni ya, waktu itu tuh masih sore, sekitar jam tiga lah, atau setengah empat-an, yaa sekitar itu lhaa.. Tapi, gelap. It was so dark untuk jam segitu. Eeeh... ternyata karna aku tidur.. ha.ha.ha. (jayus pwoLLL, nak..)
Yaa, maklum lah, orang kelaparan. Untung sopirnya, alias mas ibaLL, gag ngantuk jugak. Berabe kalo gitu, kan..
Bangun-bangun, jalannya tuh enak banget. Masih selebar tadi emang (satu-setengah-truk sapi), tapi bukan daun-daunan-mirip-sere lagi di kanan-kiri. Ada pohon, mereka kayak membentuk kanopi, melindungi jalan di antaranya. Bagusnya ya, cabang pertama dari tiap pohon itu mengarah ke jalan, ke tengah. Jadi, kayak melindungi jalan banget. Suasananya jadi adem, rindang, rada gelap emang, but so sweet, I like this view, like this very much. :)
Selanjutnya, aku ketiduran lagi. Oke deh, jadiin pre-memory.

Jalan berikutnya adalah bukit-bukit, dengan jalannya yang melenggak-lenggok, beberapa kali muter seratus delapan puluh derajat, banyak pinggiran jalan yang sepertinya dicuil-cuil sama hujan dan dikasih selai lumpur, pohon-pohon agak renggang dan tanahnya ijo karna rumput ataupun semak. So far, it wasn't raining. Langit yang ketutup kanopi hutan tropis ini tampak biru cerah, walaupun ada awan abu-abu di timur, tapi aku bilang, cuaca cerah and this day was great!
Ngeliat pasak di pinggir jalan, tulisannya 'sendang biru 4km'. Wew, tinggal 4 km lagi. Bentar lagi nyampe ni. Wuiii... gag sabaarrr deh, makan sea food. Hmm.. yummy... ;D Si sopirnya juga kayaknya udah kelaparan banget tu. Dia nyetirnya jadi rada ngebut. 'Men, ini jalan gunung, sempit, gimana kalo pelan-pelan?' itu yang aku pikirin. Tapi nggak aku omongin. Well, meskipun speed-nya bikin rada horror, tapi seru lagi kalo sopirnya ngebut macam gitu. Asik. Rada deg-deg-an gimanaaaa gitu. But I like it. Dan jangan tanya apakah ibuku suka atau enggak. Clearly, she was rather threatened, maybe that's why she's a little bit more quite.

"Naaaah... udah nyampe ni," kata ibuku.
Jalannya masih beraspal si, cuman rumput-rumputannya udah pada ilang, dan tanahnya mulai datar. Trus kita nglewati peron. Bayaaar.. Kayaknya lima ribu per orang tu, kalo gag salah si.. Daaaaan... where's the beach?
"Kemana ini pak, terusan?" tanya mas ibaLL. "Disini aja apa...??"
"Ikutin kijang itu aja," kata ibu sambil nunjuk jalan berpasir lembab yang gag keliatan seperti jalan, cuman ada kijang nglewati jalan itu dari arah berlawanan.
"Be'e disana tempat makannya lebih enak," kata ibu lagi, sambil ngelirik bapak. Lirikan itu maksudnya kurang lebih gini, 'bapak ini punya naluri tentang makanan dan tempat makan enak, percaya deh.'

Kami lewat jalan, yang agak diragukan sifat ke-jalan-an-nya. Ni jalan bolongnya dalem banget, lima senti ada kali tuh. Bolong di kanan doang, atau di kiri doang, atau di tengah, atau di seluruh jalan, keisi selai lumpur lagi. Urgh, parah! Mana chasisnya rendah jugak, jangan2 beset ni kendaraan.
But, finally we did it! Berakhir jugak tu jalan yang parah bener. Aspalnya kembali mulus, dan kami berada di antara laut dan desa. 'Desa nelayan,' pikirku.

"Stop disitu aja mas," kata bapak.
Akhirnyaaaaa. parkir jugaaaaaaak... senangnyaaa... makaaaaaan... :D
Kami parkir di depan warung makan. Lagi banyak orang nongkron disitu. Tau ngapain? Nonton bola, men. Sriwijaya vs (lupa, hehe). Ibu ngajak sholat asar dulu. Tapi semuanya diem, dan bapak tanya ke yang jual.
...............
...............
...............

"Gag ada ikan sama sekali," kata bapak santai.

WHAAAATTT???!!!!! APPPAAAAA???!!!! Please, jangan bercandaaaa.... >_<

"Kok bisa, pak?" tanyaku.
"Anginnya kenceng, gag ada yang berani berlayar," kata bapak.
"Mau kesana a?" tanya bapak lagi.
"Disana ada apa?" tanyaku.
"TPL," jawab bapak.
"Tempat pelelangan ikan," lanjut ibu.
"Ayo, mas,,"

Well, kami lanjut deh, ke TPL. Lumayan juga nih, sapa tau nanti nemu ikan-ikan seger disana. Beli, dibawa pulang. Hmm... yummy... :)
Ibu beli pisang. Ijo semua, tau gag si. Cape deee... Yang mateng (blum sepenuhnya juga si) cuman satu tandan, ditaroh di depan sendiri, dan ditulisin '9000' di salah satu buahnya (yang letaknya paling depan dan paling bisa diliat). Dengan kata lain, yang jual maksa si pembeli untuk beli satu-satunya tandan itu, gag ada pilihan. Whatever..

Dan kami lanjut ke TPL. Deket kok, gag sampe seratus meter rasanya. Kami berhenti di depan warung (lagi). Bapak tanya sama yang jual (lagi). Yang jual bilang, "Gag ada ikan, pak," (lagi T___T).

.m.e.n.y.e.d.i.h.k.a.n. T____T

Bapak sama ibu jalan ke arah lautnya, beberapa kapal bertambat disitu. Aku motong empat pisang.


Kami menempuh tiga jam lebih untuk sampe sini, udah di pantai, masih jadi monyet aja, makan pisang. Menyedihkan... T_T

Untuk sebuah TPL, tempat ini sangat.... kering... sangat... bersih... dan sangat... kosong... well, beberapa hari ini kayaknya gag ada yang melaut deh. Ombaknya gede bener, kapalnya kecil bener.
Dan ternyata, daerah dengan pasir yang agak lembab tadi, that's the beach. Benarkah? Itu gag keliatan kayak pantai bagiku. Sangat kecil, gag menghadap Ternyata, sendang biru ini kayak dermaga doang, bukan pantai wisata. Pantai ini, dengan pasirnya yang agak mengecewakan, adalah dermaga buat nelayan dan buat yang mau nyebrang ke Sempu, pulau yang -- denger-denger -- rada horror.

Saya lapaaarrr.... T___T

Gag ada ikaaaan... T___T

Cuman ada pisaaaang... T___T

Pisangnya sepet, belom mateeeeeng.... T___T

T_________T

Kami balik deh, disana tadi ada yang jualan bakso. Bakso lagi? Udah dua hari ini makannya bakso mulu. Gag ding. Tiap ada mas ibaLL, pasti ada paling gag sekali makan bakso (mbakso). And now, untuk lebih dari tiga jam perjalanan, bakso lagi? hwooooo... T_T

Kami sholat dulu. Trus makan bakso. No. No. No. Gag. Aku gag milih bakso. Ada yang jualan sate ayam juga disamping tenda bakso. Aku, mas ibaLL, n bapak beli sate ayam, dan ibu yang beli bakso.

Yaaa... sudahlah. That's my family's trip. Walopun gag nemu masjid setan, gag  dapet ikan, tapi paling enggak dapet pisang, dan harga sate ayamnya cuman enam ribu per sepuluh biji. Mau makan sate ayam yang eeenak dan murah? Coba deh ke sendang biru...

foto berempat, guess where my dad is?

mom n dad; pantai, kapal, laut, dan pulau sempu

see the banana?

bapak makan pisaaang

sea monkey

another sea monkey

>3 jam demi sate ayam Rp 6000 an

enak lho sate ayamnya, sumpe deee..

0 komentar:

 

Leeya.woncoco Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template